Sabtu, 11 Juli 2009

MENJAGA OTENTITAS BUDAYA LOKAL

Kalau idealialisme kita dalam mempertahan kan budaya lokal madura adalah menjaga masuk nya gelobalisasi, sudah terlambat sebab gelobali sasi sudah lama masuk dan bermain di bumi madura, yang perlu kita lakukan dalam membente ngi budaya lokal madura dari serangan gelobalisa si adalah meruba pola pikir masyarakat madura terhadap budayanya sendiri. Sebab budaya lokal madura ditinggalkan oleh masyarakat madura karena pola pikir masyarakat madura yang se mula serat dengan budayanya sendiri tersuapi budaya modern, dan itu dianggap paling heboh.
Tajuk berupa Kongres Kebudayaan Madura KKM yang dilaksanakan di Sumnenep Tanggal 9 s/d 11 Maret 2007, merupakan instrumen awal paling strategis merubah pola pikir masyarakat madura terhadap budayanya senndiri. KKM kata Mohammad Suadi RB. Hadirnya KKM sebagai lang kah awal untuk mentradisikan kebudayaan lokal madura yang mulai tergenes (Radar Madura 12-8/1).
Namun, KKM tidak akan mampu memberikan perubahan budaya madura yang signifikan kalau KKM tidak mampu memberikan perubahan pola pikir yang kritis dan realitis terhadap masyarakat madura dalam rangka menepis dan memahami lebih dalam lagi kearifan budaya lokal madura. Nilai-nilai KKM itu bisa akan mampu memberikan perubahan budaya madura yang dinamis, kalau KKM ini menjadi sebuah agenda kegiatan yang aksinya melestarikan budaya madura, sehingga dengan demikian masyarakat madura bisa meli hat dan merasakan terhadap lestarinya budaya nya sendiri, yang kemudian akan memunculkan kesadaran berfikir untuk juga ikut melestarikan, menjaganya dan mewarisinya kepada generasi selanjutnya. Kesadaran seperti inilah yang sebe narnya kita inginkan bersama dalam rangka men jaga keutuhan budaya lokal madura.

Mengawinkan Budaya Lokal Madura Dengan Budaya Modern.
Di atas telah disinggung bahwa kita tidak bisa menulak globalisasi yang banyak mendatangkan budaya baru, bahkan kalau berfikir kritis dan logis, mengetahui terhadap subtansi dari globalisasi tentu kita membutuhkan globalisasi, karena globlisasi banyak mendatangkan manfaat, sehingga dapat dikatakan globalisasi merupakan instrumen dalama rangka merubah hidup yang lebih terbuka, globalisa si tidak jahat, globalisasi tidak akan merusak agama, globalisasi juga tidak akan merusak dan mengubur kan seni dan budaya madura, tetapi globalisasi ma suk ke madura tercinta untuk memberikan peruba han hidup yang lebih terbuka yang penuh makna.
Namun kedatangan globalisasi ke madura ini bisa menjadi racun dalam kehidupan beragama, berseni dan berbudaya; apabila pola pikir kita kurang jernih dalam memahami globalisasi. Kita tidak boleh bersikap apatis terhadap globalisasi, kerena jelas globalisasi merupakan motor bagi kita untuk melestarikan agama, seni dan budaya madura, teta pi yang perlu kita rubah adalah sikap pikir kita terha dap globalisasi dan budaya madura tercinta kita. Apalagi sebentar lagi pada tahun 2010 Pemba ngunan Suramadu akan selesai, selesainya Pemba ngunan Suramadu merupakan tantangan besar bagi masyarakat madura, sebab budaya luar akan masuk k emadura semakin liar; kalau budaya luar sampai bisa merebak pola pikir masyarakat madura maka dipastikan budaya madura yang merupakan warisan nenek moyang tercinta ini akan terkubur, yang ada hanya cerita yang kemudian menjadi legenda yang tidak dapat dilestarikan dan dinikmati.
Karena budaya luar sudah terlanjur masuk ke dalam madura, maka kita harus berfikir agar buda ya luar itu tidak sampai menutupi budaya asli madu ra. Salah satu solusi dari penulis adalah kita harus mampu melihat, berfikir dan menyeleksi, mana bu daya madura dan mana bukan budaya madura, kemudian kita harus mampu mengawinkan dari keduanya, sebab kalau budaya madura dan modern masih tetap dipertentangkan budaya madura akan kalah dikarenakan peminatnya yang sedikit apalagi dianggap monoton kurang asik, tetapi bu daya luar asik dan menghebokan peminat pun juga luas.
Tetapi dalam perkawinannya nanti, budaya madura harus mampu menyekting budaya modern, sehingga dengan demikian budaya madura akan mampu memberikan nilai-nilai positif terhadap budaya modern, yang nanti dapat dikatakan buda ya modern ala madura, dengan demikian budaya madura akan terus lestari, bisa dinikmati dan bisa diwarisi sesuai dengan perkembangan zaman.
Memang rasanya sulit sekali untuk menentu kan dan mengatakan otentitas budaya madura, sebab budaya madura sudah melebur dengan bu daya luar, tetapi paling tidak ini merupakan salah satu jalan agar budaya madura terus lestari dan dicintai oleh masyarakat madura dan tidak terkubur dengan adanya budaya baru yang masuk ke ma dura. Perkawinan budaya ini hanya sekedar instru men untuk bisa membentengi budaya madura dari seranggannya, tetapi dalam pelaksanaannya nan ti budaya madura yang harus ditonjolkan terlebih dahulu.
Kalau kita memang menginginkan budaya asli madura, kita harus bikin langkah atau kajian-kajian khusus mengenai keotentikan budaya madura. Di sinilah kita akan menemukan keotentikan budaya madura yang perlu terus dilestarikan, dipertahan kan dan diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya sehingga budaya madura tetap lestari dan nilainya dapat dijadikan tradisi dalam kehi dupan kita sehari-hari.
Diakses pada tanggal 3 Juni 2009 di Jogja http://tabloid_info.sumenep.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=229&Itemid=32

Nilai - Nilai Kearifan Yang Terlupakan

09/10/2007
http://tabloid_info.sumenep.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=478&Itemid=32
Oleh : El Iemawati
Gugusan kepulauan Madura di kenal sebagai daerah dengan alam yang tandus. Wilayah Madu ra terdiri dari sekitar tujuh puluh pulau, daerah mi nus semacam ini di cap tidak mungkin memiliki ke giatan kesenian dibandingkan dengan pulau te tangganya, yaitu Jawa. Ternyata anggapan terse but sangat keliru, karena suku bangsa Madura memiliki kekayaan karya seni yang sangat feno menal. Ketidak-tahuan tentang kesenian tersebut disebabkan wilayah ini hanya dianggap sebagai daerah pinggiran Jawa, baik di pandang dari su dut geografis, historis dan budaya.
Bentuk kesenian yang ada dan berkembang di masyarakat Madura berupa seni tari, seni per tunjukan, seni musik dan juga upacara-upacara ritual yang sampai saat ini masih di gelar, khu susnya oleh masyarakat tradisional. Ini menan dakan bahwa sebenarnya kebudayaan Madura cukup tinggi, karena sebagai makhluk sosial manusia Madura mampu menunjukkan hasil kebudayaannya, sebagai makhluk sosial manusia Madura mempunyai naluri kebudayaan yang be rasal dari naluri sosial. Naluri tersebut tumbuh dari rasa rohani, rasa intelek, rasa etik dan es tetik, rasa seni, rasa agama dan rasa diri.
Salah satu peninggalan karya sastra yang cukup membanggakan adalah sastra lisan yang masih tetap bertahan sampai sekarang.. Walau pun jenis puisi lisan mulai tergerus oleh arus bu daya global sehingga tidak dikenal lagi oleh ma syarakatnya, namun demikian puisi lisan tersebut masih mendapat tempat di hati masyarakat, terutama masyarakat tradisional. Hal ini dise babkan puisi lisan menggunakan bahasa yang sangat sederhana, namun kaya makna. Kese derhanaan dimaksudkan anak-anak cepat me nangkap makna yang tersirat dalam puisi yang dikemas dalam bentuk nyanyian dan permainan. Melalui permainan anak-anak diajak untuk meng optimalkan kecerdasan emosional dengan tujuan untuk memanusiakan manusia. Dengan mengop timalkan kecerdasan emosional, anak-anak diajak untuk mengasah kemampuan merasakan, mema hami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, infor masi, dan koneksi.
Disamping itu bentuk permainan adalah untuk membangun solidaritas sejak dini dalam komu nitas bermasyarakat agar senantiasa rukun dan guyub, disamping itu untuk mengembangkan kecer dasan emosional dengan cara bermain, dimana dalam arena permainan itu ditanamkan sikap-sikap toleran, simpati, empati, dan memahami berbagai karakter yang dimiliki oleh teman bermain. Dalam arena permainan tersebut secara tidak sadar anak-anak akan mengetahui sekaligus ber-inte raksi dengan karakter yang berbeda, ada yang mem punyai sikap sabar, pemalu maupun temperamental dan sebagainya. Bercampur-baurnya berbagai karakter tersebut menyadarkan anak bahwa mereka memang tidak sama. Dengan pema haman seperti itu maka membangun kesadaran sosial dalam masyarakat komunal ditanamkan sejak dini. Pemahaman interaksi sosial dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu lingkungan bermain te man sebaya, lingkungan keluarga, dan merambah pada lingkup yang lebih luas.
Adapun jenis permainan anak-anak yang se ring dimainkan antara lain, Daddaliyan, Ker-ta noker, Lir-Saalir, Jan-Anjin, Gai Bintang, Cung Kuncung Kunce, Pa’ Kopa’ Eling, Ke’ Rangke’. Set-Seset Maloko’, Mon temon Buko, Ba-baba Bulan, Di-Dindi’ Leya’Leyo’, Lar- Olar Kolarjang, Tan-Pangantanan, Dipadhi Cemplo Lo’ling, Po’ kopo’ Ame-ame, Kosoko Bibir, Aeng Lema’, Bing Ana’, Ko’ Tongko’an Calelet, Cing Kincing Kere’, Re sere Penan.
Pada prinsipnya melalui lantuman dan per mainan, jiwa anak-anak ditanamkan pemahaman dan penanaman nilai filosofi kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai humanis. Penanaman nilai tersebut disebabkan oleh kewajiban utama orang tua untuk memberikan pendidikan, bukan ha nya mengoptimalkan kecerdasan intelektual saja, melainkan mengembangkan kecerdasan emosi onal serta mengasah kecerdasan spiritual kepada putra putrinya sebagai bekal hidup bermasyarakat. Berbagai disiplin ilmu ditanamkan agar kelak anak mampu berdikari dan mandiri, baik secara material, emosional, dan spiritual dalam tata pergaulan di masyarakat. Dengan demikian anak mampu memilah dan memilih serta mengamalkan ilmu yang dimiliki, dan bisa menjadi manusia yang paripurna. Untuk mencapai kesempurnaan hidup maka nilai-nilai moralitas perlu ditanamkan sejak dini. Dan penanaman itu dilakukan melalui permainan dan nyanyian.
Moralitas merupakan fokus utama atau pan dangan hidup yang dijunjung tinggi dalam masya rakat Madura. Dalam berbagai karya sastra baik lisan maupun tulis yang tertuang dalam berbagai bentuk, baik itu pantun, saloka, kejungan, pa paregan, gancaran (prosa liris), puisi anak-anak, puisi ritual, syi’ir, maupun bag-tebbagan (teka teki), maupun parebasan, nilai-nilai kearifan tersebut ditanamkan. Nilai-nilai kearifan bukan ha nya mengacu pada dimensi keduniawian semata, melainkan ber-fokus pada dimensi keagamaan (religi).
Oleh karenanya, dalam pandangan hidup orang Madura, manusia yang hebat, manusia yang berhasil, manusia yang paripurna, adalah manusia yang tunduk, patuh dan menyerah penuh kepada ajaran Allah atau ajaran agama. Imbas pengejewantahan siap relegius tersebut kemudi an diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang dinamis, enerjik, kerja keras dan tabah meng hadapi tantangan dan cobaan. Disamping itu mem punyai budi pekerti luhur, mempunyai sikap penga sih dan penyayang, tidak menyakiti perasaan orang lain, mempunyai tata krama yang tinggi, menjunjung persahabatan dan persaudaraan, mempunyai sikap empati dan simpati, menghorma ti orang lain, baik hati dan tulus, jujur dan bekerja keras.
Sangatlah disayangkan bahwa nilai-nilai ke arifan yang diwariskan oleh para leluhur sudah mulai terkikis, ter-abrasi secara perlahan dan barangkali saja akan punah ? Keguncangan “bu daya”, yang disebabkan oleh perubahan transfor masi budaya global bukan hanya menyentuh tatanan kehidupan tradisi masyarakat Madura, melainkan akan menjadi tsunami yang sangat dahsyat melumatkan tradisi, tatanan masyarakat, dan ruh budaya yang penuh dengan nilai filosofi dan nilai-nilai kearifan.
Oleh karenanya, langkah-langkah penyelama tan dengan melakukan gerakan “perlawanan” moral harus segera dilakukan. Perlawanan terse but dalam bentuk tetap mempertahankan dan menjunjung nilai-nilai yang menjadi “kekuatan” bagi keutuhan budaya Madura. Barangkali, salah satu bentuk action untuk mengimbangi gegap gempita nya budaya instant, seni tradisi Madura perlu di perkenalkan kembali, bukan hanya sekedar wa cana, tapi diperlakukan sebagai kebutuhan funda mental masyarakat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar